Pemalang | Antarwaktu.com – Wong kaso atau suku kaso yang bertempat tinggal di desa sarwodadi, kecamatan comal, Kabupaten Pemalang, Jawatengah. Di kenal oleh sebagian masyarakat kota berjuluk *pusere jawa* ini di kenal sebagai pribadi yang bicara apa adanya , dekat dengan alam dan kuat dalam memegang tradisi budayanya, ada juga sebagaian masyarakat menganggap jika *wong kaso* dikenal sebagai suku saminnya kabupaten Pemalang.
Budaya atau karakter wong kaso dengan masuknya budaya modern, semakin lama semakin kikis, ada satu cerita yang sangat terkenal oleh masyarakat kabupaten Pemalang,tentang suku wong kaso, yaitu jika anda meminjam cangkul kepada orang kaso, maka orang kaso akan meminjamkan cangkulnya dengan mencopot terlebih dahulu doran ( kayu pegangan cangkul ) kepada anda, karena saking lugunya, harus nya orang yang mau pinjam cangkul kepada suku kaso, di jelaskan pinjam cangkul sama kayu pegangannya.
Saat ini satu – satunya budaya tradisional yang masih di pertahankan oleh suku kaso adalah *Brendung*.
Sebuah boneka yang terbuat dari tempurung kelapa, dan penuh mengandung magis, pasalnya brendung bisa terbang sendiri, dan sangat berat ketika di pegangi empat atau enam orang masih terasa.
Prakoso ( 45 ) salah seorang perangkat desa sekaligus sebagai ketua paguyuban seni brendung desa sarwodadi , kecamatan comal, ketika ditemui awak media pada rabu ( 24/1/2023 ), mengatatakan,” kesenian brendung ini biasanya diadakan sebagai sarana penolak bencana” kata prakoso.
Kesenian brendung sendiri merupakan kesenian dalam bentuk boneka yang terbuat dari tempurung kelapa untuk bagian kepala boneka, sedangkan tubuh’ boneka terbuat dari bambu, boneka di rias sedemikian rupa , termasuk di kasih baju, sehingga menyerupai wanita cantik, lalu di tancapkan pada alas tampah atau penampi , menurut si pembuat brendung boneka cantik tersebut di ibaratkan bidadati atau menurut istilah setempat di sebut dengan *brendung*.
Dalam permainan brendung 4 atau 6 wanita di perbantukan sebagai pelantun ( penyanyi) sedangkan untuk yang memimpin nya di sebut sebagai *mlandang*.
Tugas mlandang memainkan boneka bidadari ( brendung ) , sekaligus sebagai pemeran utama dalam pementasan lakon brendung tersebut.sedangkan ada 4 orang lagi yang tugasnya memegang tali dari 4 sisi supaya boneka bidadari atau brendung tidak lepas terbang .
Jika boneka yang disebut sebagai *mbok brendung* tersebut sudah bergerak menari – manari, keempat tali yang ada di pegang terasa sangat berat sekali, ini artinya boneka brendung sudah berhasil di masuki roh halus, karena memang permainan boneka brendung sarat dengan magis , karena menyertakan roh halus yang di mainkan atau di undang oleh mlandang si pemimpin tari tersebut.
Menurut prakoso pemimpin seni budaya brendung desa sarwodadi, apabila pemimpin tari yang bernama mlandang telah berhasil mengundang dan memasukan roh halus ke tubuh brendung, maka brendung akan menari – nari seperti berontak mau lepas terbang, ” baru permainan brendung akan seru banyak di tonton warga ” kata nya.
Ditempat terpisah,Haryanti ( 55 ) seorang warga kepungan Kelurahan Bojongbata kecamatan Pemalang, mengatatakan ” saat saya kecil brendung sering di pakai buat sarana mendatangkan hujan, biasanya di taruh di kuburan saat mau maghrib dan besoknya di ambil menjelang maghrb juga, dua atau tiga hari biasanya benar – benar turun hujan ” katanya.
Pemalang kota yang menurut rabadi ( 63 ) pemerhati sejarah, “ternyata masih banyak menyimpan dunia magis baik benda pusaka dan budayanya, yang harus dipertahankan sebagai sarana warisan budaya kepada anak cucu kita kelak ” kata Rabadi.
(Ragil74)