Pemalang | Antarwaktu.com – Gembel pada umumnya merupakan julukan bagi orang-orang yang memiliki penampilan dekil, baik itu disebabkan karena jarang mandi ataupun kurang perawatan tubuh lainnya.
Akan tetapi di daerah dieng kabupaten Banjarnegara, provinsi Jawa tengah, justru anak gembel adalah sebutan bagi anak yg memiliki keistimewaan tersendiri.
Masyarakat di sekitar pegunungan dieng menyebut anak-anak berambut gimbal dengan sebutan ‘anak gembel’. Ini karena rambut gimbal sering dikaitkan dengan orang yang jarang mandi atau malas mengurus tubuh mereka. Padahal, anak-anak berambut gimbal di Dieng merupakan anak-anak yang terawat.
Tidak ada garis keturunan khusus dari anak yang berambut gimbal. Siapapun, asal memiliki garis keturunan Dieng, memiliki kemungkinan menjadi anak berambut gimbal.
Menurut masyarakat Dieng, anak-anak berambut gimbal merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete. Kyai Kolo Dete sendiri dalam sebuah versi sejarah disebut merupakan salah seorang punggawa pada masa Mataram Islam.
Bersama dengan Kyai Walid dan Kyai Karim, Kyai Kolo Dete ditugaskan oleh Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan pemerintahan di daerah Wonosobo dan sekitarnya. Kyai Walid dan Kyai Karim bertugas di daerah Wonosobo, sementara Kyai Kolo Dete bertugas di Dataran Tinggi Dieng.
Tiba di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Kolo Dete dan istrinya (Nini Roro Rence) mendapat pesan dari Ratu Pantai Selatan. Pasangan ini ditugaskan membawa masyarakat Dieng menuju kesejahteraan. Tolak ukur sejahteranya masyarakat Dieng akan ditandai dengan keberadaan anak-anak berambut gimbal. Dan Sejak itulah, muncul anak-anak berambut gimbal di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Bagi masyarakat Dataran Tinggi Dieng, jumlah anak berambut gimbal berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak jumlah anak berambut gimbal, masyarakat Dieng percaya kesejahteraan mereka akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya.
Munculnya rambut gimbal pada seorang anak akan ditandai dengan panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari. Suhu tubuh anak tersebut akan normal dengan sendirinya pada pagi hari, bersamaan dengan munculnya rambut gimbal di kepala sang anak.
Biasanya, rambut gimbal akan tumbuh ketika usia seorang anak belum mencapai 3 tahun. Rambut gimbal ini akan tumbuh dan semakin lebat seiring waktu. Rambut gimbal ini hanya akan dipotong dalam prosesi khusus (ruwatan). Pengadaan ruwatan harus mengikuti aturan khusus dan atas dasar kemauan dari si anak berambut gimbal.
Biasanya, sebelum dilakukan prosesi pemotongan (ruwatan), si anak akan mengajukan suatu permintaan. Permintaan ini harus dituruti oleh orangtuanya. Masyarakat sekitar meyakini, jika pemotongan dilakukan tanpa melalui upacara tertentu, atau bukan atas kemauan si anak, atau permintaannya tidak dikabulkan, rambut gimbal yang sudah dipotong akan tumbuh kembali.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang anak berambut gimbal tidak berbeda dengan anak-anak lainnya. Mereka bermain bersama dengan anak-anak lain. Hanya saja, anak berambut gimbal biasanya cenderung lebih aktif dibanding anak-anak lain. Pada saat-saat tertentu, emosi anak berambut gimbal pun menjadi tidak terkendali tanpa sebab yang jelas. Kecenderungan ini akan berkurang bahkan menghilang ketika rambut gimbal anak tersebut sudah dipotong.
(Ragil74)
sumber : jendela jateng jogya