Probolinggo | antarwaktu.com – Menindaklanjuti Surat Edaran Penjabat Bupati Probolinggo yang diterbitkan pada 28 Mei 2024, Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Kecamatan Besuk menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila. Acara ini berlangsung pada Sabtu (01/06/2024) di halaman kantor kecamatan.
Pada kesempatan ini, para pejabat eselon II, III, IV, serta staf diinstruksikan mengenakan pakaian khas Kabupaten Probolinggo dan pakaian adat Nusantara. Hal ini menjadi ciri khas kekayaan budaya lokal dan memperlihatkan keragaman budaya Indonesia yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Suasana upacara pun menjadi lebih semarak dengan berbagai busana adat yang dikenakan, menambah keunikan.
Upacara dipimpin langsung oleh Camat Besuk, Abdul Bari, S.H., M.Si. Dalam sambutannya, ia menyampaikan, “Kita berkumpul untuk menyatakan kebanggaan kita terhadap Pancasila. Pada acara peringatan Hari Lahir Pancasila, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian. Kehadiran yang banyak ini menunjukkan bahwa kita tidak ragu untuk merayakan hari penting ini, meskipun bertepatan dengan hari libur,” ungkapnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara kita. Alhamdulillah, bangsa Indonesia memiliki dasar yang kuat sebagai pendorong kehidupan bangsa, dasar kepribadian bangsa, dan sebagai dasar yang mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Menurutnya, “Pancasila sebenarnya sudah ada sejak bangsa Indonesia belum terbentuk. Nilai-nilai seperti beragama, toleransi, tolong-menolong, musyawarah, dan gotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa kita. Ketika menjelang proklamasi kemerdekaan, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menyadari bahwa negara merdeka memerlukan dasar yang kuat. Oleh karena itu, diadakan rapat pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni untuk merumuskan dasar negara, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila,” terangnya.
Ia menceritakan, “Tokoh-tokoh seperti Profesor Dr. Supomo, Muhammad Yamin, dan Ir. Soekarno turut merumuskan Pancasila. Awalnya, sila pertama berbunyi ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’. Namun, atas usulan dari tokoh-tokoh wilayah timur seperti Papua, Bali, dan Maluku yang mayoritas bukan beragama Islam, serta atas kebijaksanaan Bung Karno dan Bung Hatta, disepakati bahwa tujuh kata setelah ‘Ketuhanan’ dihapus. Keputusan ini diambil untuk menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia, agar tidak terjadi disintegrasi bangsa,” jelasnya.
“Alhamdulillah, sampai saat ini, Pancasila tetap jaya dan abadi dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai umat Islam, kita menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila sejalan dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis. Sila pertama, ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, sesuai dengan ajaran tauhid dalam Al-Qur’an. Demikian pula, sila-sila lainnya seperti keadilan sosial dan persatuan bangsa juga ada dalam ajaran Islam,” ujarnya.
Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan. “Dengan ideologi Pancasila, kita mampu bersatu,” tegasnya.
“Negara lain mungkin hanya terdiri dari dua suku, tetapi sudah mengalami perpecahan. Alhamdulillah, kita dari Sabang sampai Merauke tetap bersatu,” tandasnya.
Ia berharap fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah menjaga kesatuan bangsa. Tidak ada yang radikal, tidak ada yang intoleran. Sebagai pejabat publik, kita harus menjadi perekat bangsa. Mari kita pertahankan ideologi yang kuat ini, demi keutuhan negara kita.
Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Kecamatan Besuk merupakan salah satu upaya untuk memperkokoh komitmen terhadap nilai-nilai luhur Pancasila dan mempererat ikatan kebangsaan. Selain itu, hal ini juga menjadi ajang untuk memupuk semangat gotong royong, persatuan, dan kesatuan yang telah menjadi bagian dari nilai-nilai Pancasila.
Upacara ini juga menjadi refleksi dari upaya bersama untuk memperkokoh ikatan kebangsaan di tengah keragaman budaya yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Melalui kegiatan ini, nilai-nilai Pancasila diharapkan terus hidup dan menjadi panduan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat sehingga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai.
Ia menyampaikan bahwa dengan memperingati Hari Lahir Pancasila, kita diingatkan kembali akan salah satu fungsi utama dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Menurutnya, dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, seluruh masyarakat harus selalu berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima. Ia menegaskan bahwa implementasi Pancasila harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara, bukan hanya sekadar membaca teksnya saja.
Abdul Bari juga menyinggung hubungan antara Islam dan Pancasila. Ia menjelaskan bahwa Islam dan Pancasila sebenarnya saling beririsan. Apa yang diajarkan dalam Islam, yang terdapat di Al-Quran dan Hadis, juga ada dalam Pancasila. Implementasi ajaran Islam cocok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya, dalam Islam ada konsep ketuhanan yang Maha Esa, yang juga menjadi sila pertama Pancasila. Prinsip tidak ada paksaan dalam beragama, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, “La ikraha fid-din” (tidak ada paksaan dalam agama), sejalan dengan Pancasila yang mengajarkan toleransi dan saling menghargai antar pemeluk agama.
Mengenai agenda khusus dalam memperingati Hari Lahir Pancasila di Kecamatan Besuk, Abdul Bari menyatakan bahwa tidak ada program spesifik. Namun, ia juga sebagai Ketua MWCNU di Kecamatan Besuk, setiap kali diundang dalam pengajian atau pertemuan dengan kaum Nahdliyin, ia selalu menyampaikan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai tersebut dikaitkan dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, sehingga warga Nahdliyin memahami bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus selalu berlandaskan pada Pancasila. Nilai-nilai seperti gotong royong, musyawarah, dan persatuan sudah ada sejak dulu dan merupakan bagian dari ajaran Islam juga.
Abdul Bari juga menekankan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila sudah ada sebelum bangsa Indonesia merdeka. Sebagai contoh, gotong royong telah menjadi bagian dari budaya kita sejak dulu. Musyawarah juga sudah ada, yang kemudian menjadi sila keempat Pancasila. Bahkan, konsep ketuhanan sudah ada dalam bentuk kepercayaan kepada roh nenek moyang dan animisme. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa bukanlah sesuatu yang baru, melainkan penegasan dari nilai-nilai yang telah ada dan diresmikan pada 1 Juni 1945.
Dengan memperingati Hari Lahir Pancasila, Abdul Barish mengajak semua pihak, khususnya jajaran pemerintah kecamatan, untuk selalu mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan selalu harmonis dan penuh toleransi. (Sri)
Reporter: wpw