Lamongan | antawaktu.com – Pelestarian serta nguri – ngurui budaya adat istiadat peninggalan leluhur yang menjadi tradisi masyarakat Jawa yakni bersih desa (sedekah bumi) merupakan hal yang wajib dan dilaksanakan setiap tahun setelah (Panen) oleh warga setempat, Seperti halnya dilaksanakan Desa Kediren kecamatan Kalitengah bersama warga masyarakat gelar doa bersama di makam Mbah bakal Desa setempat.
Tampak hadir dalam kegiatan makan bersama di Makam desa Kediren Kepala Desa Kediren Drs Sujai Camat Kalitengah Nurul Misbah SH MM berserta Staf,Kapolsek Kalitengah Iptu Kusnan SH bersama Anggota, Suhadi Prayitno Danramil 0812/21 Kalitengah dan Kepala desa Se-Kecamatan KalitengahDrs Suja’i Kepala Desa Kediren Kecamatan Kalitengah Kab Lamongan mengatakan bersih desa atau sedekah bumi (nyadran) ini merupakan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan dan juga sebagai upacara adat Desa setelah panen kedua.
”Doa bersama atau selamatan kenduri di makam Mbah Bakal atau Halaman makam ini merupakan tradisi saat bersih desa, dimana kita yang kumpul melaksanakan doa bersama untuk para leluhur yang menjadi Cikal bakal desa, Kediren ini ”ujarnya Rabu ( 9-10-2023).
Kades Sudja,i juga menjelaskan Tradisi kenduri atau doa bersama di Makam Mbah Bakal ini merupakan suatu adat istiadat bagi masyarakat yang masih melekat disaat acara Sedekah bumi (nyadran) atau bersih desa setelah Panen Kedua
“Peninggalan leluhur kuno ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekarang, bersih desa merupakan nguri – nguri adat istiadat dan melestarikan seni budaya yang selalu menjadi ciri khas saat bersih desa.dimana di yakini punden maupun Cungkup merupakan petilasan yang masih terwujud dari nenek moyang dahulu”ungkapnya.
Tradisi Bersih Desa sebagai upacara adat memiliki makna spiritual di baliknya. Bersih Desa bertujuan untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang didapat.
Dan mendoakan arwah nenek moyang atau yang cikal bakali desa,(Danyang) Tujuan bersih desa adalah untuk memohon berkat dari yang kuasa agar hasil panen berikutnya melimpah, seluruh warga diberi kesehatan dan menjadikan desa yang aman, tentram, gemah ripah loh jinawi,
Sementara Sekdes Kediren selaku panitia juga menjelaskan sedekah Bumi identik dengan tradisi masyarakat yang ada di Indonesia sebagai upacara mensyukuri nikmat yang diberikan Sang Maha Pencipta Contohnya Desa Kediren ini.
“Tradisi ini telah ada sejak jaman dulu nenek moyang hingga lestari sampai sekarang, Memisahkan tradisi dan budaya dari kehidupan masyarakat yang memeluk kepercayaan lama jelas bukan hal yang mudah. Oleh sebab itu, para wali dan penyebar agama Islam mengubah tradisi sedekah pada bumi memiliki unsur agama Islam. Sebagai bukti syukur atau apa yang diberikan Allah SWT selama hidup di negeri .
“Masih Menurut Sekdes Di era modern seperti sekarang pun, bentuk sedekah ini masih sering dilakukan sebagai bagian dari tradisi dan budaya. Bentuk sedekah berupa kenduri atau syukuran yang dilakukan masyarakat setelah masa panen padi terlaksana dengan baik. Hal ini menjadi simbol manusia menghargai alam yang telah memberikan sumber ‘kehidupan atas ijin Allah SWT pungkasnya.(trs)