Lamongan | antarwaktu.com – Petani tebu Lamongan bisa tersenyum dengan tutupnya produksi pabrik Minggu lalu membuat Haraga tebu melambung 92 ribu per kwintal untuk rendeman 7.5.
Di jelaskan oleh Kabid Perkebunan Dinas ketahanan pangan dan Pertanian Lamongan Bakrudin ,untuk pabrik KTM tutup pada 7 Oktober lalu .sedangkan pabrik luar kota juga hampir sama yaitu musim tebang di Lamongan bersamaan .untuk Bulan lalu hanya tersisa di wilayah Kembangbahu ,karena panen sudah mulai sejak pertengahan Mei
Menurutnya Bakrudin tahun ini harga tebu sangat tinggi ,harga awal tebang rendemen 7 dibeli pabrik Rp 67.500 perkwintal.Harga terus naik menyesuaikan dengan rendemen.
Kebutuhan tebu tinggi ,sementara luasan tidak ada tambahan sehingga harga beli terkerek ,ungkapnya Senin (16-10-2023)
Dia juga menjelaskan ,untuk luas tebu tanam sekitar 3.646 hektar (ha) dengan produksi 226 ribu ton. Jumlah luasan tidak bisa bertambah signifikan, karena petani Lamongan memiliki sektor komoditi unggulan yang berbeda.
Dia mengatakan,petani tebu sekarang sudah mulai satabil karena dua tahun harga tebu tinggi. Meski lebih tinggi tahun ini dibandingkan sebelumnya. Namun tiga tahun lalu, banyak petani tebu yang beralih ke palawija, karena harga tebu tidak mengalami kenaikan.
Bakrudin menuturkan, untuk harga gula sekarang mulai naik. Sehingga pembelian tebu juga menyesuaikan sebagai bahan bakunya. Selain kebutuhan pabrik tinggi, kenaikan harga tebu dipengaruhi cuaca yang mendukung. Serta penanganan panen dan paska panen yang baik.
‘’Kalau tebu satu tahun hanya panen sekali, jadi perawatan dari petani luar biasa,’’ ujarnya.
Dia berharap, musim depan ada korelasi harga yang tinggi dengan bangkitnya kembali minat petani untuk tanam tebu.’Komoditi tebu banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Kembangbahu, Sugio, Mantup, dan Sambeng,terangnya.